tamanjernih TamJer: Viral Belum Tentu Sebuah Kebenaranhttps://tamanjernih.blogspot.com/

Senin, 06 Agustus 2018

Viral Belum Tentu Sebuah Kebenaran

       Baikkah Menilai kebenaran dari ‘Informasi Viral’? 
‘viral’ atau ‘tidak viral' menjadi ukuran sebuah kebenaran. Mereka meyakini viral membuktikan informasi itu layak atau tidak dipercayai. 

Mari kita renungkan Kisah Aisyah pada zaman Rasulullah!!Jika kita merujuk pada masa Rasulullah, ada kejadian-kejadian yang 'viral' dalam masyarakat saat itu. Salah satunya tentang kabar perselingkuhan Siti Aisyah. Saking viralnya, rasul sampai pusing memikirkan hal itu. Aisyah pulang ke rumah orang tuanya dan menangis berhari-hari.Abdullah ibn Ubay salah seorang dari kaum Khozroj yang sudah dianggap sahabat oleh rasul menyebarkan gosip itu dengan cepat setelah menjadi yang pertama melihat kedatangan Aisyah bersama Shafwan. Padahal dia baru saja dapat pengampunan setelah memprovokasi kaum suku ansor dan Muhajirin. Selain itu disebut pula nama Misthah, selain itu saudara perempuan Zainab binti Jaheyin, Hasdan ibn Tsabit dan orang orang baik dari suku Ansor mau pun Muhajirin.Kabar itu viral atau menyebar dengan cepat. Mungkin kalau sudah ada media sosial lebih cepat lagi. Namun, apakah kemudian karena kabar itu viral lantas perselingkuhan Aisyah dengan Shafwan terbukti? Tentu tidak.

Rasul dan sahabatnya yang lain awalnya hanya mencari tahu dan mengonfirmasi orang-orang disekitar Aisyah. Padahal tak sedikit yang senang dengan gosip itu, sebab persaingan antar istri atau antar suku yang dekat dengan rasul. Rasul pun menyuruh Aisyah bertobat, tapi perempuan itu menolak. Sebab menurutnya tidak perlu bertaubat mengenai perbuatan yang tidak dilakukannya.
Akhirnya di hadapan khalayak Muhammad bersama Aisyah mengumumkan bahwa orang-orang tidak perlu meributkan kondisi rumah tangganya. Sembari mengonfirmasi kejadian sebenarnya. Meski pun begitu Muhammad mempersilakan orang bertanya. Aisyah pun menceritakan bagaimana cerita sebenarnya.

Awalnya saat rombongan akan pergi meninggalkan perkemahan, Aisyah keluar dari sekedupnya sejenak untuk buang hajat. Tapi setelah akan ikut rombongan dia menyadari kalungnya hilang. Lantas dia mencarinya dalam waktu lama. Namun, pengawal mengira Aisyah ada dalam sekedupnya dan mengangkatnya kemudian menggiring untanya pulang. Ketika Aisyah pulang dia tidak mendapati siapa-siapa. Lantas dia pulang ke perkemahan berharap pengawal akan kembali menjemputnya. Namun dia tertidur. Hingga datanglah Shafwan dan Dzakwan yang juga tertinggal di belakang pasukan. Lantas menemukan Aisyah tertidur dan kemudian mengajaknya pulang.
Awalnya Aisyah tak tahu gosip yang merundung dirinya. Tapi setelah mendengar kabar itu Aisyah menangis berhari-hari. Muhammad pun berdoa memohon wahyu mengenai kasus tuduhan perselingkuhan Aisyah ini. Tubuhnya berkeringat dan berdiam diri cukup lama, hingga akhirnya sampai lah sebuah wahyu untuk menjawab kondisi tersebut. Dia tersenyum setelah wahyu itu tiba.

Berikut ini isi wahyu itu sebagian di kutip:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyebarkan berita bohong itu adalah dari kalian semua. Janganlah kalian menduga, berita bohong itu jelek bagi kalian. Bahkan justru baik bagi kalian semua. Tiap-tiap orang dari kalian akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan dosa yang diperbuatnya. Dan orang yang mengambil peranan besar dalam penyebaran berita bohong itu maka baginya azab yang pedih”.
“Ketika kalian menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kalian mengatakan suatu pembicaraan yang tidak kalian ketahui, itu juga berarti kalian menganggap semua itu enteng-enteng saja. Padahal berita bohong itu besar di sisi Allah,” kata Muhammad.

Umat yang hadir tentu riuh rendah. Bahkan Abu Bakar meengancam tidak aka menafkahi tetangganya yang miskin karena turut menyebarkan berita bohong. Tapi Muhammad mengatakan sahabatnya tidak boleh melakukan itu. Maka saat itu Abu Bakar mengurungkan niatnya.
Nah, jika rasul saja melaknat berita bohong serta penyebarnya yang hanya ikut-ikutan atau memang penyebar, apakah lantas kita menganggap informasi viral itu sebuah kebenaran? Padahal tidak pernah ada konfirmasi atau tabbayun.
Apa yang viral belum tentu sebuah kebenaran. Sebab tak semua kebenaran bisa viral.

by;Medium on Tamanjernih@blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar