Wahai pemuda
Islam! Jalanmu penuh rintangan, laut jiwamu dalam tak berhingga. Puasa bagimu
merupakan benteng penahan. Tidak seorang pun yang mampu kecuali mereka yang
perkasa, terpercaya, penuh waspada serta mawas diri, serius, tangkas, dan rela
berkorban. Peliharalah lidahmu, karena tidak ada sesuatu pun yang dapat membuat
manusia tersungkur ke dalam api neraka kecuali karena buah mulut mereka
sendiri. Jangan berghibah, kendalikanlah matamu dari pandangan was-was
al-khonnas
Bukankah kamu
tahu bahwa Rasul Saw pernah bersabda: "Siapa yang berpuasa, hendaklah
mengendalikan pendengaran dan penglihatannya". Oleh karena itu, jadikanlah
ucapanmu berupa dakwah ilallah, pendengaranmu hanya untuk mengingat Allah.
Dengan begitu di dalam dirimu terhimpunlah kesenangan dunia dan kebahagiaan
dunia dan kebahagiaan akhirat.
Sesungguhnya
puasa zhohir ditandai dengan berakhirnya siang, yaitu ketika mulai tenggelamnya
matahari di tempat istirahnya. Shoum kembali ke keadaan semula dengan rasa
gembira tatkala berbuka. Ini dialami semua orang yang shoum. Akan tetapi puasa
orang-orang yang muttaqin yang penuh keikhlasan, tidak berujung. Tidak berakhir
dengan ghurub dan tidak dimulai dengan syuruq. Tidak dapat dihitung dengan
bilangan jam dan tidak pula mempunyai batas waktu.
Engkaulah
pengendali yang terpercaya atas dirimu dan atas diri saudara-saudaramu. Itulah
'amanah' dari ujian itu. Bagaimana seandainya engkau melalaikannya, terlepas
dari ceruk hatimu di tengah-tengah bersliwerannya berbagai godaan dan
pemikat-pemikat? Apakah akan kau biarkan berlalu dan bahkan terlepas dari
dirimu? Tidakkah kau merasa perlu kembali memperhatikan janjimu kepada Allah,
yang mendatangkan pahala begitu besar? Ialah amanah puasa yang
sebenar-benarnya.
Wahai pemuda yang
amil! Kita berpuasa jika telah melihat bulan. Tetapi sesungguhnya yang
kuinginkan darimu wahai pemuda, lebih dari sekadar itu, sedikit atau banyak di
atas mustawa (level) itu tadi jika memang kamu mampu. Mintalah tolong kepada
Maha Pemberi Kemampuan, yang memberi apa saja kepada orang yang dikehendakiNya.
Berharap agar engkau sebelum melihat bulan, melihat pencipta dari bulan
itu. Sungguh, alangkah tingginya martabat ini, dimana banyak orang yang tak
kuasa untuk meraihnya. Tetapi dengan izin Allahjugalah mereka berhasil
melampauinya. Jika memang engkau telah berazam (bertekad), maka tawakkallah.
Engkau, wahai pemuda!
Jika berpuasa
karena melihat bulan, memang akan mendapatkan pahala sebagaimana halnya
kebanyakan orang. Akan tetapi, engkau mempersiapkan dirimu dengan shoum itu
untuk beramal (bekerja) fi sabilillah, menyebarkan misi(risalah)Nya, mengemban
dakwah, serta jihad yang begitu malah lagi mulia. Tempatkanlah segala
sesuatunya di jalan Allah, pasti segala kesulitan yang ada akan menjadi ringan,
dan agar kau selalu berada di dalam barisanNya.
Aturlah barisan.
Pemuda di samping pemuda, pemudi beriringan dengan pemudi, orang tua dengan
orang tua. Aku menginginkan sekali agar engkau tidak sampai hanya sekedar
melihat bulan, akan tetapi terus dan teruslah melangkah lebih jauh.
Bersihkanlah hati dan sinarilah keyakinanmu itu, agar kau dapat menyaksikan
pencipta dari bulan itu. Inilah rencana dan tujuan, awal dari akhir. KepadaNya
jugalah kita kembalikan segala urusan.
Sesungguhnya
berpuasa karena melihat bulan memang betul menurut ibadah. Tetapi berpuasa
dengan hati yang bersinar, ruh yang tenang, dan nurani yang cemerlang adalah
puncak kekuatan ibadah yang dituntut dari dirimu. Yaitu irodah yang apabila
disertai tekad dan ketulusan tujuan, sesaat pun tidak akan pernah menjadi lemah
dan pudar. Tak sedetik pun mundur dari kewajiban-kewajiban yang sulit diukur
dengan bilangan waktu itu. Irodah yang senantiasa beriringan dengan amal untuk
menanggung kesulitan dengan hati yang penuh, bersama melakukan jihad di tengah
beragamnya medan-medan jihad; jihadun-nafs, jihad melawan musuh yang zholim.
Dengan melalui
jenjang-jenjang jihad tersebut, dengan tangan bila mampu dan dengan lisan bila
sanggup, berarti dirimu telah berhasil menjaga keutuhan imanmu. Hingga tak
sesuatu pun yang bisa mengikisnya. Adalah sesuatu yang begitu menggembirakan
saat kita berbuka, lapar telah terobati, haus telah pergi. Tetapi ada yang
lebih dari sekedar itu, lebih menyenangkan dan menggembirakan, yaitu bertemunya
diri kita dengan Allah pada hari perhitungan (Yaumul Hisab) kelak. Tidak
mungkin dicapai tingkatan ini kecuali oleh orang-orang yang berpuasa karena
Allah dan hanya untuk Allah.
Sungguh, aku
tidak berbicara dengan telinga kasatmu, tapi aku bicara dengan hati sanubarimu.
Dengan persamaanmu yang paling dalam agar rela berkorban di jalan Allah, tanpa
mengharap upah dan pamrih. Puasalah, karena Allah menghendakimu untuk berpuasa,
hanya itu. Beban ini sungguh berat bagimu, tanggung jawab ini begitu besar, dan
hambatannya penuh ranjau serta tingkat kesulitannya begitu tinggi. Tidak akan
berhasil dan tidak akan menang terkecuali hatimu telah tergetar untuk hanya
mengharap ridho Allah, serta perasaanmu telah terdorong untuk mendapatkan
husnul khotimah.
Aku menginginkan
pengorbanan yang cukup mahal darimu, di mana kemenangan bagi dienmu tidak akan
tercapai tanpa melalui jalan ini. Sungguh, sesungguhnya musuh-musuh Islam akan
dengan segala daya upaya ingin menghancurkan segala yang berharga yang ada pada
dirimu. Dan aku ingin sekali melihat dirimu berada pada posisi As-Shiddiqie,
Syuhada dan Sholihin. Sungguh, apakah ada nilai yang lebih tinggi dari itu?
Allah Yang Maha Pemurah mengetahui betul bahwa puasa itu sulit, tidak mungkin dapat
dilakukan kecuali oleh orang-orang yang jiwanya bersih dari kotoran-kotoran dan
virus.
Karena rahmatNya
jugalah Allah memberikan rukhshoh kepada orang yang sakit, orang yang bepergian
dan orang yang haidh agar berbuka. Tetapi dengan syarat untuk mengqodhonya bila
telah memungkinkan. Demikian alternatif daripada dispensasi yang diberikan
Allah, seperti yang tertulis dari firmanNya:"Dan puasa kamu itu lebih baik
untuk kamu, jika kamu mengetahui". Berbukalah kamu dengan rukhshohKU,
tidak mengapa, karena AKU senang. Manfaatkanlah rukhsohKU sebagaimana engkau
melaksanakan azimahKU. Tetapi yang Kuinginkan darimu itu adalah yang lebih
baik, lebih utama, lebih mulia dan lebih bermanfaat bagi kamu. Yaitu berpuasa,
walaupun syarat-syarat rukhsoh itu telah terpenuhi, terkecuali orang yang
haidh, tanpa ada penyakit yang menimbulkan bahaya.
Diprioritaskannya
ibadah puasa karena itu lebih baik bagi kita. Di mana letaknya
kelebihan-kelebihannya itu? Hanya Allahlah yang tahu, ketika Dia mengakhiri
ayat tersebut dengan firmanNya: "Jika kamu mengetahuinya". Yang jelas
dan pasti, kita mengakui bahwa yang terbaik itu adalah apa-apa yang dipilihkan
Allah untuk kita. Karena hanya Dialah Yang Maha Mengetahui. Tidak ada satu pun
yang dapat menyamai dan menyaingiNya. Maka untuk dirimu, pilihlah yang terbaik
dan terindah, karena Allah tidak menjadikan kesulitan bagi kita di dalam
beribadah kepadaNya. Kewajiban-kewajiban itu dibebankan sesuai dengan kemampuan
yang ada pada diri masing-masing. Nah, disinilah medan uji coba itu.
Di depan kita
terbentang beberapa tingkatan-tingkatan kemuliaan beserta rangking-rangking
penghargaanNya. Silahkan kita akan memilih yang mana, dan dimana kita mau
menempatkan diri. Nun di sana ada Syurga Na'im, siapa saja yang memasukinya
pasti merasa aman dan nyaman. Ada pula Al-Firdaus, Al-A'la. Dan ada pula syurga
yang tak mungkin dapat dilukiskan oleh hanya sekedar pena. Kita saat ini hanya
bisa menyebutkan nama-namanya saja, tidak lebih. Ada pun hakekat dari nama-nama
yang begitu indah itu masih ada di dalam impian dan harapan. Sejenak saja, aku
ingin selalu bersamamu wahai pemuda, di dunia ini banyak sekali hiasan pemikat
yang berkaitan dengan tuntutan hidup. Tuntutan mencari popularitas, jabatan,
harta dan kesenangan duniawi yang begitu semu dan melenakan. Maka dengan puasa,
kuharapkan dirimu mampu untuk menahan semua pemikat-pemikat semu itu. Kembali
bersama-sama menegakkan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar