- Peringatan bagi yang mengobati penyakit dengan cara yang haram
- Pentingnya penyembuhan penyakit dengan cara Al-Qur'an dan As- Sunnah
- Macam-macam penyakit dan kaidah mengobatinya
- Cara pengobatan Sihir dan Guna-Guna
- Obat yang diajarkan Nabi dalam mengobati penyakit Sihir dan Guna-Guna
- Nasehat bagi kaum Muslimin
Adapun, untuk penjelasan mengenai Pengobatan dengan Ilmu Tenaga Dalam seperti
pertanyaan diatas, akan saya salinkan secara ringkas dari soal-jawab yang ada
di majalah as-sunnah, edisi 3/TH III/1418, hal 4-5, dimana pertanyaan yang
diajukan mempunyai kesamaan.
Pertanyaan.
Ada seseorang baru saja menjadi anggota Terapi Tenaga Dalam. Tujuan nya ingin memiliki kemampuan megobati diri sendiri,
dan jika mungkin dapat membantu orang lain.
Adapun langkah - langkah nya dengan proses sebagai berikut :
1. Berdo'a mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala (teks tidak ditentukan) :
- mohon keselamatan dan manfaat latihan
- mohon ditingkatkan iman dan taqwa
2. Duduk nafas (tarik, tekan, lepas) disertai dengan dzikir, dilanjutkan dengan
tafakkur sambil mencoba mengalirkan tenaga dalam ke kaki, seluruh badan dan
tangan.
3. Latihan jurus disertai dzikir dalam hati (9 jurus)
4. Duduk nafas lagi
5. Do'a penutup (sama dengan no. 1)
Kesimpulan, tidak bertentangan dengan akidah
Islamiyah! Namun demikian setelah membaca As-Sunnah
20/II/1417H sedikit ragu. Oleh
karena itu, tolong anda menelitinya. Bila bertentangan, dimana letak
kesalahannya. Dan tolong diberi informasi agar tidak terus menerus
dalam kesesatan.https://tamanjernih.blogspot.com/
Terma kasih
Jawaban.
Dari pertanyaan dapat kami simpulkan adanya dua permasalahan.
[1] Tentang tenaga Dalam yang antara lain diperoleh dengan cara-cara seperti
yang antum sebutkan.
[2] Tentang pengobatan.
Akan kami jawab satu persatu permasalahan di atas melalui pernyataan para
ulama.
Pertama, Tentang Tenaga Dalam
-----------------------------
Tenaga dalam merupakan salah satu bentuk 'khawariqul 'adah' (kemampuan luar
biasa, adakalanya berasal dari Allah, sebagaimana yang dianugrahkan kepada
wali-wali-Nya. Dan ada kalanya berasal dari setan yang kemudian sering dianggap
sebagai anugrah ilahi.
Menurut para ulama, diantaranya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
(lihat Al-Furqan Baina Auliya'ir Rahman wa Auliya'isy Syaithan, hal 168-169,
321-322, 329-356), antara kedua 'khawariqul 'adah' (kemampuan luar biasa) dapat
dibedakan dengan dua tinjauan.
[1] Melalui keadaan orang yang mendapatkannya.
Apabila orang yang mendapatkannya adalah orang yang bertakwa, dari kalangan
ahli tauhid, ikhlas dalam beribadah, tidak mengamalkan amalan-amalan bid'ah
yaitu amalan ibadah yang tidak mencontoh tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam dan bukan termasuk pelaku maksiat, maka apabila ia mendapatkan
'khawariqul 'adah' berarti itu merupakan anugrah Allah.
Sebaliknya apabila yang mendapatkannya bukan dari kalangan ahli tauhid, seperti
halnya orang-orang yang suka melakukan perbuatan syirik, misalnya memohon
berkah melalui kuburan orang-orang yang dikeramatkan, mengadakan acara 'haul'
(merayakan hari ulang tahun kematian) dll, maka yang diperolehnya adalah
'khawariqul 'adah' (kemampuan luar biasa) yang berasal dari setan. Begitu pula
bila yang memperoleh adalah yang suka melakukan perbuatan bid'ah, misalnya
membaca dzikir-dzikir yang tidak disyari'atkan.
Seperti dengan membatasi jumlah-jumlah, bentuk-bentuk, suara-suara, atau
cara-cara tertentu yang tidak ada contohnya dalam syari'at. Atau orang yang
suka berbuat maksiat. Misalnya tidak menjaga batas-batas pergaulan antara pria
dan wanita, tidak memelihara jenggot, memakai pakaian menutupi mata kaki (bagi
lelaki), senang nonton (film), merokok, tidak menutup aurat dll.
Apabila demikian keadaan orangnya, maka 'khawariqul 'adah yang diperoleh adalah
berasal dari setan.
[2]Melalui sebab diperolehnya 'khawariqul 'adah'.
Khawariqul 'adah yang berasal dari Allah hanya bisa diperoleh dengan ketaatan,
keimanan dan ketakwaan. Selain itu Islam tidak mengajarkan seorang muslim untuk
beribadah untuk tujuan mendapatkan 'khawariqul 'adah'(kemampuan luar biasa).
Justru itulah yang membedakan antara yang berasal dari Allah dan yang berasal
dari setan. Yaitu bahwa 'khawariqul 'adah' yang berasal dari Allah tidak bisa
dipelajari apalagi dibakukan menjadi semacam 'ilmu kedigdayaan', sedangkan yang
berasal dari setan bisa dipelajari dan bisa dibakukan menjadi suatu ilmu.
Sekalipun secara zhahir dilakukan dengan membaca ayat atau dzikir. Sebagaimana difirmankan
Allah.
"Artinya : Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan
sihir iru mereka dapat menceraikan antara suami dan istrinya" [Al-Baqarah
: 102]
Ayat tersebut menunjukkan, bahwa 'khawariqul 'adah' yang dapat dipelajari
adalah sihir (berasal dari setan, sebagaimana yang diterangkan Ibnu Hajar
Al-Asqalani dalam Fathul Bari X/223, cetakan Jami'ah Al-Imam Muhammad bin Saud
- Riyadh.
Kedua, Masalah Pengobatan
-------------------------
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menegaskan dalam Majmu' Fatawa-nya
hal.67-68, bahwa sebab yang Allah ciptakan untuk penyembuhan suatu penyakit ada
dua bentuk.
[1] Sebab-sebab yang syar'i, yaitu dengan membacakan ruqyah (pengobatan dengan
bacaan Al-Qur'an) seperti yang dicontohkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,
dengan berdo'a kepada Allah dll.
[2] Sebab-sebab 'hissiah' (kongkrit), seperti obat-obatan yang dikenal dalam
syari'at (madu dll). Atau obat-obatan yang diolah berdasarkan pengalaman dan
penyelidikan ilmiah yang dapat memberikan pengaruh nyata, bukan sekedar sugesti
atau khayalan. Seandainya hanya berupa sugesti atau sesuatu yang dikhayalkan
menjadi obat lewat meditasi dan lain-lain, maka itu diharamkan bahkan termasuk
syirik. Karena merupakan upaya menandingi Allah dalam menciptakan sebab terjadinya kesembuhan. Maka dari itu Allah pun mengharamkan
pemakaian jimat-jimat, isim (rajah) dan yang sejenisnya, karena semuanya tidak
memiliki sebab-sebab syari'ah maupun sebab-sebab 'hissiah' yang bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Kesimpulan.
Tenaga dalam yang antum pelajari berarti termasuk bentuk kemampuan luar biasa
yang bukan berasal dari Allah, sebab kemampuan luar biasa tersebut diperoleh
dengan cara-cara khusus, sekalipun dibungkus dengan do'a-do'a, dzikir-dzikir
yang seolah-olah Islami. Padahal bisa jadi do'a-do'a serta dzikir-dzikir
tersebut, adalah do'a-do'a serta dzikir-dzikir bid'ah. Apalagi dengan tujuan
untuk memperoleh tenaga dalam yang itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, para sahabat dan Salafu ash-Shalih..
Karena itulah sebaiknya tinggalkan saja kegiatan tersebut mumpung belum
terjerumus terlalu jauh.
Semoga Bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar