Umat manusia selalu mempunyai perhatian yang hebat akan dirinya
sendiri. Kecakapan manusia untuk mengintrospeksi diri, keinginan
individu untuk menjelajahi lebih mengenai intisari diri mereka, tanpa
terkecuali menghasilkan berbagai penyelidikan mengenai kondisi manusia merupakan pokok jenis manusia secara keseluruhan. Renungan diri adalah dasar dari filsafat
dan telah ada sejak awal pencatatan sejarah. Artikel ini misalnya,
karena ditulis oleh manusia, dengan sendirinya tak dapat luput dari
contoh refleksi diri.
Manusia kerap menganggap dirinya sebagai spesies dominan di Bumi, dan yang paling maju dalam kepandaian dan kemampuannya mengelola lingkungan. Kepercayaan ini khususnya sangat kuat dalam kebudayaan Barat, dan berasal dari bagian dalam cerita penciptaan di Alkitab yang mana Adam secara khusus diberikan kekuasaan atas Bumi dan semua makhluk.
Berdampingan dengan anggapan kekuasaan manusia, kita sering menganggap
ini agak radikal karena kelemahan dan singkatnya kehidupan manusia
Pandangan dunia dominan pada abad pertengahan Eropa berupa keberadaan manusia yang diciri-cirikan oleh dosa, dan tujuan hidupnya adalah untuk mempersiapkan diri terhadap pengadilan akhir setelah kematian. Pencerahan / pewahyuan digerakkan oleh keyakinan baru, bahwa, dalam perkataan Immanuel Kant, "Manusia dibedakan di atas semua hewan dengan kesadaran-dirinya, yang mana ia adalah 'hewan rasionil'". Pada awal abad ke-20, Sigmund Freud melancarkan serangan serius kepada positivisme mendalilkan bahwa kelakuan manusia mengarah kepada suatu bagian besar yang dikendalikan oleh pikiran bawah sadar.
Dari titik pandang ilmiah, Homo sapiens memang berada di antara spesies yang paling tersama-ratakan di Bumi,
dan hanya ada sejumlah kecil spesies tunggal yang menduduki lingkungan
beraneka-ragam sebanyak manusia. Rupa-rupa usaha telah dibuat untuk
mengidentifikasikan sebuah ciri-ciri kelakuan tunggal yang membedakan
manusia dari semua hewan lain, misal: Kemampuan untuk membuat dan
mempergunakan perkakas, kemampuan untuk mengubah lingkungan, bahasa dan
perkembangan struktur sosial majemuk. Beberapa ahli antropologi
berpikiran bahwa ciri-ciri yang siap diamati ini (pembuatan-perkakas dan
bahasa) didasarkan pada kurang mudahnya mengamati proses mental yang
kemungkinan unik di antara manusia: kemampuan berpikir secara simbolik, dalam hal abstrak atau secara logika.
Adalah susah, namun, untuk tiba pada suatu kelompok atribut yang
termasuk semua manusia, dan hanya manusia, dan harapan untuk menemukan
ciri-ciri unik manusia yang adalah masalah dari renungan-diri manusia
lebih daripada suatu masalah zoologi.
Thank"s_YL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar