tamanjernih TamJerhttps://tamanjernih.blogspot.com/

Sabtu, 05 November 2011

Masalah Pendidikan Sistemik, Apa yang Harus Diperbaiki?

Pemerhati pendidikan Anita Lie mengatakan, kesemrawutan pendidikan nasional bersifat sistemik. Ia menjelaskan, masalah pembangunan pendidikan bermutu sifatnya menjadi sistemik karena pemerintah daerah kurang optimal dalam berusaha. Salah satu hal yang dinilai Anita harus diperbaiki adalah pendistribusian gaji para guru. Menurutnya, pemerintah daerah harus memikirkan cara bagaimana mengirim gaji para guru yang bertugas di daerah terpencil.

Selama ini, perhatian dari pemerintah pusat dan daerah yang diberikan kepada guru pendidik juga masih sangat kurang.

 "Masalahnya sistemik, tapi jelas bukan di muridnya. Masalah guru itu sangat variatif sekali karena nyatanya memang ada segelintir individu guru yang kurang baik," dalam sebuah diskusi meningkatkan mutu pendidikan, di Menteng, Jakarta Pusat.

Ia menambahkan, terkait persoalan guru, sebaik apapun guru yang bersangkutan, tentu memerlukan perjuangan yang luar biasa jika dihadapkan dengan kondisi yang jauh di bawah standar minimal. Misalnya, kata dia, guru-guru di beberapa daerah itu kesulitan memperoleh air bersih dan sembako, ditambah dengan masih adanya beberapa lokasi yang belum tersentuh aliran listrik.

"Tapi ada juga guru yang kuat bertahan. Di Mimika, Papua, saya sempat bertemu guru yang sampai harus memakan tikus demi untuk bertahan. Ini persoalan riil, tapi kita tidak bisa menemukan banyak guru yang seperti itu," ujar Guru Besar Bidang Pendidikan FKIP dan program pascasarjana Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya ini.

Oleh karena itu, Anita berharap, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) harus lebih memberdayakan para pengawas untuk mensupervisi guru-guru yang bertugas di daerah terpencil. Selain itu, pemerintah daerah juga harus memikirkan bagaimana transportasi untuk mengunjungi daerah-daerah pelosok dan memikirkan cara untuk mengirimkan gaji guru di daerah yang tidak bisa dilakukan melalui transfer.

"Anggaran pendidikan sudah naik, tapi jika tanpa pengelolaan yang jelas maka akan menjadi bumerang. Pemerintah harus memastikan anggaran ini sampai ke sasaran yang tepat. Jika tidak itu akan merusak," tandasnya.

Menumbuhkan Semangat Hidup

Mungkin pada awalnya memang tidaklah mudah untuk membangun kepercayaan diri yang mengalami kerapuhan. Namun dari pengalaman-pengalaman beberapa orang yang telah berusaha membuktikannya bahwa semangat hidup itu bisa ditumbuhkan.

Artian Kesederhanaan Hidup

   Memang tidak semua orang mampu melakukannya, disisi lain mungkin terdapat banyak orang yang memiliki itikad yang kuat untuk itu, namun belum mempunyai kesempatan atas segala sesuatu yang menjadi faktor pendukungnya.
   Mengapa dikatakan belum mempunyai kesempatan? Jawabannya sangat sederhana sekali yakni belum dapat menyetarakan hidup yang layak dengan semestinya. Karena yang dialami, hidup dalam keterbatasan yang benar2 tidak enak dan sangat jarang pula orang yang dapat menikmatinya,.itikad dan kebiasaan hidup seperti itulah yang harus dijunjung tinggi, tetapi tentunya tidak meninggalkan usaha untuk meningkatkan kehidupan yang layak pula. Karena adanya perubahan zaman yang terus tanpa henti sangat memungkinkan akan mengalami perubahan dalam kehidupan nyata, sudah dipastikan akan mengalami hal-hal yang baru dimana akan termasuk didalamnya hal-hal yang mungkin tidak diinginkan. Jika hal yang tidak diinginkan tersebut terjadi, apa jadinya? Tentu sangatlah berat, karena solusinya belum tentu akan didapatkan dengan mudah. Intinya, sederhanalah dalam hidup dengan memperhatikan kemungkinan hal-hal yang akan terjadi di sisa waktu yang masih dihadapi.
     Menurutnya, “kalau kita beruntung secara materi, pilihlah hidup sederhana dan bangga dengan kesederhanaan itu. Kalau kita kurang beruntung, mari sama-sama bekerja keras untuk menuju hidup yang lebih baik secara materi dan pola pikir.”
     Ia menceritakan seorang Dubes Wilfred Hoffman yang hidup sederhana. Hidup sederhana bukan karena tidak punya uang untuk hidup mewah. Tapi karena ia memang “sengaja memilih untuk hidup sederhana”. Jadi hidup sederhana sebagai pilihan yang membanggakan, bukan sebagai keterpaksaan. Dimana, mereka bangga dengan kesederhanaan itu, karena mereka merasa hidupnya menjadi lebih bermakna dan bermanfaat: kelebihan uang mereka disalurkan untuk yayasan-yayasan anak yatim, mengambil anak asuh, untuk orang-orang miskin, dan lain-lain.
    Salah satu contohnya yang paling monumental yang mungkin kita telah ketahui juga yaitu Albert Nobel. Inventor (penemu) dan pemilik lebih dari 300 hak paten berbagai penemuan teknologi baru. Dia milyarder yang hidup sederhana dan memiliki komitmen tinggi terhadap keilmuan dan kemanusiaan. Ketika meninggal, tak sepeserpun hartanya dia wariskan ke anaknya. Sebaliknya, ia tumpahkan seluruh harta kekayaannya untuk Nobel Foundation, pemberi hadiah Nobel untuk para ilmuwan dunia yang berhasil meraih prestasi gemilang di bidang masing-masing. Albert Nobel sudah meninggal puluhan tahun lalu, tapi namanya selalu dikenang di seluruh dunia sampai sekarang. Kuncinya, karena ia memilih hidup sederhana, kendati ia lebih dari mampu untuk membeli kemewahan apapun yang menjadi impian banyak orang.
Jadi, pada intinya berusahalah sekeras mungkin untuk menjadi kaya (dengan cara yang halal tentunya), tapi tetap menjaga dan memelihara gaya hidup sederhana, bermartabat dan peduli pada yg membutuhkan bantuan kita. Lantas, bertanyalah pada hati kecil kita, sudahkah menjalani kesederhanaan hidup? Mudah-mudahan kita bisa melakukannya, amin.

Selasa, 18 Oktober 2011

Mengapa Pria Lebih Sering Sakit Gigi?

Sakit gigi bisa dialami oleh semua orang, baik anak-anak maupun orang dewasa, laki-laki atau perempuan. Tapi sebuah penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih sering menderita sakit gigi. Apa yang menyebabkan ini?
Para peneliti dari University of Maryland Dental School menemukan penyebab mengapa pria sering sakit gigi adalah karena hormon seks steroid. Keberadaan hormon seks steroid berada di balik peningkatan risiko kerusakan gigi pada pria. Temuan mereka ini diterbitkan dalam Journal of Periodontology.
"Untuk mengembangkan manajemen yang lebih baik dan model penilaian risiko, kami telah menerbitkan studi komperehensif pertama dari perbedaan gender dalam perkembangan penyakit periodontal," kata Mark Reynolds, profesor di University of Maryland Dental School, seperti dikutip Medindia.
Prof. Reynolds menjelaskan bahwa ini adalah bukti biologis bahwa ada perbedaan dalam kerentanan terhadap masalah gigi antara pria dan wanita. Hormon steroid memiliki efek pada sistem kekebalan peradangan dan juga memiliki efek pada kesehatan mulut.
"Akar perbedaan juga karena genetik," kata Prof Reynolds.
Hal yang sama juga diyakini oleh Harlan Shiau, asisten profesor di University of Maryland Dental School. Menurutnya, perbedaan dalam regulasi gen, terutama dalam menanggapi gen seks steroid, cenderung memainkan peran dalam dimorfisme seksual pada masalah gigi yang destruktif.
Sebelum melakukan penelitian ini, para peneliti juga melakukan kajian sistematis dari penelitian tentang prevalensi penyakit gigi. Dalam analisis mereka, secara umum laki-laki memiliki prevalensi lebih tinggi daripada wanita